Senin, 08 Desember 2008

Tegas Bukan Galak

“ Ayah guru kelasku yang baru galak, tadi beberapa temanku kena hukuman disuruh berdiri sampai setengah jam sambil mengangkat tangannya dan yang satunya di suruh lari dua kali putaran halaman sekolah “ cerita seorang anak kepada ayahnya tentang gurunya dikelas. “ Apa iya, mungkin kamu yang nggak mau nurut” jawab ayahnya dengan bijak.

Percakapan tersebut dapat kita ambil pelajararan sebagai kata kunci, bahwa penafsiran murid jika tidak diarahkan dengan benar akan mengakibatkan penafsiran yang berbeda dari tujuan aslinya. Jika seorang guru sudah mendapat label “GALAK” oleh sebagian muridnya akan sangat berpengaruh dalam penyelenggaraan kegiatan Belajar Mengajar di kelas. Pengaruh teramat mendalam pada sebagian murid yang sudah mengarah kepada rasa takut pada seorang guru.

Beberapa siswa jika takut pada guru akan mengungkapkan persaannya dengan beberapa ucapan : “duh nanti guru itu lagi yang ngajar, pusing ”, “sebel guru itu lagi guru itu lagi”, Yah.. sikiler lagi”, “ bu hari ini aku mau nggak masuk ya bu… pusing “ (padahal hari itu ada pelejaran yang diampu oleh guru yang ia takuti), dari beberapa keluhan siswa yang merasa takut pada seorang guru dapat mempengaruhi sikap duduk dan perilaku dalam kelas. Yang kurang mendukung berlangsungnya kegiatan belajar mengajar diantaranya : dikap duduk tegang, serba salah, gemetar, degup jantung keras dan selalu was was, takut disuruh maju, takut mengungkapkan jawaban walaupun mungkin benar, perut terasa mual walau sedang tidak sakit perut. Anehnya sikap perilaku seperti itu setelah berlalunya kegiatan belajar dengan guru yang ia takuti perasaan itu hilang begitu saja.

Disinilah kita sebagai seorang pendidik seyogyanya selalu intropeksi diri apakah kita sudah menguasia perihal yang sering dialami murid dengan menghilangkan kesan menakutkan dihadapan mereka. Marilah kita telaah satu persatu perihal tentang bentuk ketegasan kepada seorang anak yang mempunyai kesan tidak galak. Tegas jika ditilik dari arti bahasa mempunyai arti nyata, jelas, terang, tentu, pasti, tidak ragu ragu lagi. Suatu yang sudah nyata dan jelas semestinya semua orang harus telah mengetahuinya dan tidak ditutup tutupi atau hanya beberapa orang yang tahu atau disini pihak gurulah yang hanya dibolehkan tahu (yang hak katakan hak dan yang bathil katakan bathil).

Ketegasan seorang guru selalu akan diingat oleh muridnya dan ingatan itu akan dilontarkan jika guru tidak konsekwensi dengan perkataannya. Jika pada awal seorang guru mengucapkan A maka sampai akhirnyapun seorang guru harus mengucapkan tetap A tidak berubah menjadi B atau z sekalipun. Artinya kita tanamkan keterbukaan dengan murid dengan membuat kesepakatan bersama jika aada pelanggaran akan dikenakan panismen oleh seorang guru tapi yang sifatnya mendidik dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan dan keadaan siswa. Guru tidak akan melupakan apa yang telah menjadi kesepakatan dan selalu mengetrapkan jika ada pelanggaran, alangkah lebih baik jika kondisi kelas tertib dan tidak pernah terjadi pelanggaran dapat pula guru memberikan reward untuk semua siswa bisa berupa pujian ataupun yang lain.

Salah satu contoh adalah : Pada awalnya kita mengedakan kesepakatan jika siswa yang terlambat untuk putri berlari 2 x keliling halaman sekolah untuk putra jika terlambat berlari mengelilingi halaman 4 x kelilinga halaman. Dari kesepakatan itu ditawarkan adakah yang keberatan dengan aturan ini (guru juga sebelumnya melihat data kesehatan yang ada pada Bank Data Kelas) jika serasa tidak ada gendala dari berbagai pihak maka laksanaan kesepakatan tersebut. Perlu diketahui peraturan harus ditegakan untuk semua murid, tidak membedakan latar belakang murid tersebut.

Panismen telah bergulir bagi sipelanggar aturan. Bagaimana peran seorang guru menetralisir kondisi murid untuk dapat kembali bergairah setelah mendapatkan hukuman. Saat istirahat adalah momen yang tepat untuk pendekatan kembali kepada murid yang baru mendapatkan hukuman, ada beberapa teori diantaranya adalah : menyuruh murid tersebut untuk membantu guru, ditanya kembali tentang keberadaan keluarganya, pinjami buku bacaan yang mendidik, datangi rumahnya dengan membawa oleh oleh yang disukainya, ceritakan contoh teladan yang membangkitkan semangat untuk tidak pantang menyerah, dan masih banyak lagi bagaimana pendekatan kepada murid setelah mendapat hukuman dari guru.

Galak mempunyai arti menyeramkan, kejam, marah marah, perilaku inilah yang sering menjadi ancaman balik untuk seorang guru. Kadang guru ingin mengetrapkan kedidsiplinan tapi malah di katagorikan guru galak maka dalam hal ini penulis menegaskan bahwa perilaku tegas seorang guru harus diimbangi dengan kesiapan guru untuk mengkondisikan kembali anggapan murid dengan perilaku keramahan, senyuman, suka humor, dekat dengan siswa, sering bercengkerama dengan batas batas tertentu dan perlakuan yang menyenangkan terhadap murid dimanapun, kapanpun dan disaat apapun, dan itu dilakukan jauh jauh sebelum diadakan kesepakatan dengan murid. Maka kita sebagai seorang guru tidak akan pernah di beri julukan GALAK dan akan menjadi guru yang selalu dinantikan kedatangannya oleh murid muridnya disetiap saat. Dan jadilah seorang guru pujaan tempo dulu, sekarang dan yang akan datang oleh murid muridnya. Amii.

Resep Mas Guru :
Pergaulilah murid muridmu disaat senggang dihalaman di dalam keleas dan jika mungkin dirumahnya seperti temanmu sendiri tetapi tetap pada batasan etika seorang guru.
Jangan sekali kali membedakan murid satu dan yang lainnya karena alasan tertentu.
Ikutlah bermain dalam pada permainan yang sedang mereka sukai.
Ingat selalu kesepakatan dan jangan lupakan kesepakatan yang pernah dilakukan dengan hukuman jika melanggar dengan hadiah jika berprestasi.
Dekati kembali jika murid dalam kondisi tidak pada kebiasannya.
Selalu disiplin diri dan kontrol terhadap perilaku diri dihadapan murid, jangan sampai ditegur oleh murid karena suatu kesalahan perilaku.
Akui kesalahan jika memang kita berbuat salah.
Selalu mengadakan kesepakatan saat permulaan pembelajaran.

Andi Mulyono
Guru SD Al Irsyad 01 Purwokerto

Tidak ada komentar: